Apakah Bahasa-Bahasa Sekarang Berawal dari Menara Babel?
”Yehuwa memencarkan mereka dari sana ke seluruh permukaan bumi, dan mereka akhirnya berhenti membangun kota itu. Itulah sebabnya kota itu dinamai Babel, karena di sana Yehuwa mengacaukan bahasa seluruh bumi.”
APAKAH cerita dalam Alkitab itu memang terjadi? Benarkah semua orang saat itu tiba-tiba berbicara bahasa-bahasa yang berbeda? Ada yang tidak memercayai catatan Alkitab tentang asal mula bahasa manusia dan penyebarannya. Seorang pengarang mengatakan, ”Mitos tentang Menara Babel adalah salah satu cerita yang paling tidak masuk akal.” Seorang rabi Yahudi menyebutnya sebagai ”cara yang bodoh untuk menjelaskan terbentuknya bangsa-bangsa”.
Mengapa orang-orang tidak memercayai peristiwa di Babel itu? Singkatnya, cerita itu tidak mendukung teori-teori tentang asal mula bahasa. Misalnya, beberapa ahli memperkirakan bahwa rumpun-rumpun bahasa tidak muncul secara mendadak, tetapi perlahan berkembang dari satu ”bahasa asal”. Yang lainnya mengatakan bahwa ada beberapa bahasa asal yang kemudian berkembang dengan sendirinya, dari sekadar suara-suara menjadi ujaran yang kompleks. Karena perbedaan teori-teori seperti itu, banyak yang setuju dengan Profesor W.T. Fitch, yang menulis dalam bukunya The Evolution of Language, ”Kita belum tahu jawaban yang pasti.”
Apa yang telah ditemukan para arkeolog dan peneliti tentang asal dan perkembangan bahasa manusia? Apakah temuan mereka membenarkan teori-teori yang ada? Atau, apakah temuan mereka mendukung peristiwa di Babel? Pertama-tama, mari kita bahas kisah Alkitab itu.
DI MANA DAN KAPAN ITU TERJADI?
Alkitab menyatakan bahwa pengacauan bahasa dan penyebaran manusia terjadi di ”tanah Syinar”, yang belakangan disebut Babilonia. (Kejadian 11:2) Kapan itu terjadi? Alkitab mengatakan bahwa pada zaman Peleg, yang lahir 250 tahun sebelum Abraham, penduduk bumi ”terbagi-bagi”. Jadi, peristiwa di Babel pasti terjadi sekitar 4.200 tahun yang lalu.
Beberapa ahli berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang dipakai sekarang muncul dari satu bahasa yang digunakan manusia hampir 100.000 tahun yang lalu. * Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa-bahasa sekarang berasal dari beberapa bahasa yang digunakan setidaknya 6.000 tahun yang lalu. Tetapi, bagaimana para ahli menelusuri perkembangan bahasa dari bahasa-bahasa yang sudah punah? ”Itu sesuatu yang rumit,” kata majalah The Economist. ”Tidak seperti ahli biologi, ahli bahasa tidak punya fosil yang bisa menuntun mereka ke masa lalu.” Majalah itu menambahkan bahwa seorang ahli bahasa yang percaya teori evolusi bisa menarik kesimpulannya dengan menebak-nebak. Jadi, kesimpulan itu belum bisa dibuktikan.
Tetapi sebenarnya, ”fosil bahasa” itu ada. Apa fosil ini, dan apa yang ditunjukkan fosil ini tentang asal bahasa manusia? The New Encyclopædia Britannica menjelaskan, ”Catatan paling awal tentang bahasa tertulis, satu-satunya fosil bahasa yang bisa ditemukan manusia, berasal dari sekitar 4.000 atau 5.000 tahun yang lalu.” Di mana para arkeolog menemukannya? Di Mesopotamia Selatan
BEDA BAHASA, BEDA CARA BERPIKIR
Catatan Alkitab mengatakan bahwa di Babel, Allah ’mengacaukan bahasa mereka agar mereka tidak mengerti bahasa satu sama lain’. (Kejadian 11:7) Akibatnya, mereka ”berhenti membangun kota itu” dan terpencar ’ke seluruh bumi’. (Kejadian 11:8, 9) Jadi, Alkitab tidak mengatakan bahwa semua bahasa modern berasal dari satu bahasa. Sebaliknya, Alkitab menjelaskan bahwa beberapa bahasa-baru muncul tiba-tiba; setiap bahasa berbeda satu sama lain dan dapat mengungkapkan perasaan dan pikiran manusia dengan jelas.
Bagaimana dengan rumpun-rumpun bahasa sekarang? Apakah mereka pada dasarnya sama atau berbeda? Ilmuwan kognitif Lera Boroditsky, menulis, ”Sewaktu para ahli bahasa meneliti lebih jauh soal bahasa-bahasa dunia (kurang lebih ada 7.000, hanya sebagian yang diteliti), perbedaan yang tak terhitung banyaknya muncul tanpa diduga-duga.” Ya, bahasa dan dialek dalam satu rumpun bisa jadi mirip, tetapi rumpun-rumpun bahasa berbeda satu sama lain. Misalnya, di Cina bagian selatan, dialek Kanton mirip dengan Hakka karena berasal dari rumpun yang sama. Namun, dua dialek ini sama sekali berbeda dengan dialek dari rumpun bahasa lain, seperti Katalan Barat atau Valensia di Spanyol.
Bahasa membentuk cara orang menggambarkan dan memikirkan hal-hal di sekeliling mereka, misalnya warna, jumlah, tempat, dan arah. Contohnya, dalam sebuah bahasa seseorang mengatakan, ”Ada nyamuk di tangan kananmu.” Tetapi, orang yang berbicara dalam bahasa lain akan mengatakan, ”Ada nyamuk di tangan barat dayamu.” Perbedaan itu pasti membingungkan. Tak heran, orang-orang yang membangun Menara Babel tidak bisa melanjutkan proyek mereka.
SEKADAR SUARA ATAU UJARAN?
Seperti apa bahasa pertama manusia? Alkitab mengatakan bahwa manusia pertama, Adam, sanggup menciptakan kata-kata baru ketika ia menamai semua hewan. (Kejadian 2:20) Adam juga membuat puisi untuk mengungkapkan perasaannya terhadap istrinya, Hawa, dan Hawa bisa dengan jelas menyatakan apa perintah Allah dan apa akibatnya kalau tidak menaati Dia. (Kejadian 2:23; 3:1-3) Kesimpulannya, bahasa pertama manusia bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan jelas dan mengutarakan diri dengan kata-kata yang indah.
Kekacauan bahasa di Babel membuat manusia tidak bisa bekerja sama. Namun, sama seperti bahasa pertama mereka, bahasa-bahasa baru itu pun kompleks. Selama beberapa abad, manusia membangun kota-kota yang ramai, membentuk pasukan yang kuat, dan melakukan perdagangan internasional. (Kejadian 13:12; 14:1-11; 37:25) Mereka tidak mungkin bisa mencapai itu semua jika kosakata dan tata bahasa mereka terbatas. Menurut Alkitab, bahasa pertama manusia dan bahasa-bahasa yang muncul di Babel bukanlah geraman primitif, tetapi bahasa yang kompleks.
Penelitian modern mendukung kesimpulan itu. The Cambridge Encyclopedia of Language menyatakan, ”Setiap kebudayaan yang telah diselidiki, tidak soal seberapa ’primitif’ itu dalam istilah budaya, ternyata punya bahasa yang telah sempurna, yang sama rumitnya dengan bahasa dari bangsa-bangsa yang katanya ’beradab’.” Seorang dosen Harvard College bernama Steven Pinker memberikan komentar senada dalam bukunya The Language Instinct, ”Tidak ada yang namanya bahasa Zaman Batu.”
MASA DEPAN BAHASA
Setelah pembahasan tadi, kesimpulan masuk akal apa yang bisa kita tarik? Banyak yang menyimpulkan bahwa cerita Alkitab tentang Menara Babel bisa benar-benar dipercaya.
Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah Yehuwa mengacaukan bahasa manusia di Babel karena mereka melawan Dia. (Kejadian 11:4-7) Tetapi, Ia berjanji akan ”memberikan perubahan kepada bangsa-bangsa ke suatu bahasa yang murni, supaya mereka semua berseru kepada nama Yehuwa, untuk melayani dia bahu-membahu”. (Zefanya 3:9) Sekarang, ”bahasa yang murni” ini, yaitu kebenaran dari Alkitab, menyatukan orang-orang dari seluruh dunia. Masuk akal untuk menyimpulkan bahwa di masa depan, Allah akan lebih mempersatukan manusia dengan memberi mereka satu bahasa, seperti sebelum kekacauan di Babel.
^ par. 8 Teori-teori tentang bahasa biasanya menggunakan asumsi bahwa manusia berevolusi dari makhluk seperti kera. Pembahasan tentang hal ini dapat dilihat di halaman 27-29 buku Asal Mula Kehidupan
^ par. 9 Para arkeolog telah menggali beberapa menara-kuil bertangga yang mirip piramida di sekitar Syinar. Alkitab mengatakan bahwa orang-orang yang membangun menara di Babel menggunakan batu bata, bukan batu, dan memakai aspal sebagai perekat. (Kejadian 11:3, 4) Menurut The New Encyclopædia Britannica, di Mesopotamia, batu ”jarang ada atau bahkan sama sekali tidak ada”, sementara aspal ada di mana-mana.